Tarian Perang menyambut kedatangan Tamu Agung mengiringi Alkitab masuk ruang Ibadah Minggu, 22/03/2020. Tarian khas Nusa Tenggara Timur ini semuanya dimainkan 6 orang laki-laki menggunakan pakaian perang lengkap dengan senjatanya.
.
Sasando dan ProkantorIbadah minggu pagi bernuansa etnik Nusa Tenggara Timur, Pemberita Firman dilayani Pdt. Josep Bates Raku. Mengambil tema khotbah “WASPADA TERHADAP PARA PENYESAT” mengacu dari bacaan Alkitab Yudas 1 : 1-16.
Nyanyian jemaat diiringi Sasando, alat musik tradisional khas NTT. Namun demikian, bisa selaras alat musik modern.
“Hati-hati tehadap penyesat “jaman now”. Misalnya, menerima informasi langsung menyebarkan padahal belum tentu berita itu benar” kata Pdt Josep dalam Khotbahnya.
Tahu sediki tetapi merasa paling tahu. Tidak tau apa-apa namun merasa sok tahu. Seperti Seseorang baru menerima informasi. Namun, informasi langsung disebarkan. Padahal, belum tentu berita itu benar. Dengan kata lain, Penyesat “Jaman Now”.
Melalui khotbahnya, Pendeta mengajak jemaat agar waspada terhadap Pengajar Sesat. Mereka berteriak -teriak seperti Musang berbulu domba. Diatas Segalanya, Iman adalah senjata bagi kita melawan penyesat.
Pembacaan alkitab menggunakan bahasa NTT. Karena itu, Jemaat diarahkan dengan slide kalimat yang dibaca dengan bahasa Indonesia.
Penari Perempuan turut serta mengambil bagian. Karena itu, mereka menarikan Tarian Syukur atas hasil mereka dapat. Tarian ini ditampilkan setelah jemaat memberikan persembahan.
Diakhir ibadah, tarian perang mengiringi Alkitab keluar ruang ibadah. Selanjutnya jemaat menari bersama dihalaman gereja. Tarian ini adalah tarian kekerabatan yang sedang bersukacita.
IHM nuansa Etnik Dikirim oleh Effatha Guntung Payung pada Minggu, 22 Maret 2020
Leave a Reply